Minggu, 21 Juni 2020

Bernadetta Dwi Hartati, The Silent Fighter of Mualaf Nurse




Banyak senior karier yang telah saya mengenal. Banyak juga antara mereka yang perduli. Hanya pada perduli. Tetapi ini beda.

Kepedulian nyata yang saya melihat langsung dengan mata kepala sendiri, waktu bertandang ke tempat tinggalnya, ialah saat beliau sedang mengajar. Walau sebenarnya telah lama pension, usia beliau saya prediksikan kurang dari 65 tahun. Pendidikan keperawatan saja tahun lulus tahun 1974. Jadi dapat ditebak.

Nama selengkapnya Bernadetta Dwi Hartati. Dari namanya orang tahu beliau bukan orang Islam. Mengenali beliau baru saja. Akhir tahun 2019 lalu, waktu kami singgah ke rumah tempat tinggal beliau di Kompleks RS Jiwa di Lawang.

Masuk rumah yang asri, hijau, rimbun dedaunan di sekitarnya membuat tamu yang bertandang berasa 'teduh'. Kelihatannya pemilik rumah benar-benar menyintai bermacam bunga serta tanaman. Benar-benar indah. Kami masuk melalui pintu samping, sesudah mengetuk pintu penting seringkali, tidak ada yang buka. Di luar, kami dengar kadang-kadang bersautan suara beberapa anak yang sedang belajar Bahasa Inggris.

"Waalaikum salam.....Hello........welcome......come in please......." Sapa Ibu Dwi ramah menyongsong kami, dalam Bahasa Inggris. Kami senang. Ada sepuluh beberapa anak sekolah umur SMP-SMA yang sedang belajar Bahasa Inggris di dalam rumah beliau. Keseluruhan ada tiga barisan belajar jika tidak salah, yang beliau asuh. Ibu Dwi, perawat senior di luar kariernya, membangun pelatihan Bahasa Inggris untuk beberapa anak di kompleks perumahan semenjak pulang dari Arab Saudi seputar 20 tahun yang lalu.

Beliau lulus Sekolah Pengontrol Rawat (SPR 'B') RS Jiwa Lawang. Saat itu tahun 1974. Setelah itu berbakti di RS yang sama diangkat untuk PNS. Ibu Dwi menikah dengan rekanan seprofesi, Bapak Karmudji. Meniti karier untuk perawat dari bawah, dirasa oleh beliau berdua tidak gampang.

Pasaran Harga Ayam Bangkok Yang Sangat Fantastis

"Saya jadi Mualaf perlu proses evaluasi lumayan panjang. Walau suami Islam, tidak langsung saya langsung berpedoman agama Islam. Suami pun tidak sempat memaksakan. Pertama kali tergeraknya saya untuk pelajari Agama Islam, di saat suami bawa buku mengenai agama ini, saya lupa judulnya, selanjutnya terkapar demikian saja di meja. Saya orangnya senang baca. Entahlah apakah yang menggerakkan saya untuk membacanya." Demikian Ibu Dwi bercerita beberapa dari awal perjalanan hidupnya sebelum memeluk Islam.

"Dari sana, selanjutnya kemauan saya untuk belajar Agama Islam semakin dalam semakin kuat. Sampai satu waktu ini saya kemukakan pada almarhum, mendiang suami saya. Alhamdulillah, hidayah memang tiba dari Allah. Tetapi untuk manusia, kita dituntut untuk belajar cari yang betul."

Ibu Dwi serta Pak Karmudji, sepasang suami-istri perawat RSJ Lawang diketahui benar-benar menyenangi Bahasa Inggris. Konon beliau berdua ialah generasi pertama yang memiliki piranti Orari untuk kanal bahasa Inggris di kompleks perumahan itu. Tidaklah heran jika selanjutnya beliau pergi kerja di luar negeri dengan gampang sebab bekal bahasa itu. 

Ibu Dwi pergi ke Saudi Arabia diakhir tahun 1980-an mulai prosedurnya. Sesaat suami masih kerja. Kemungkinan telah garisnya, kecuali rezeki beliau. Dari sana Ibu Dwi banyak belajar semakin dalam mengenai Islam, kecuali memperdalam kariernya untuk perawat. Menjalankan Haji serta Umrah.

Beliau type perawat Srikandi yang aktif, banyak baca, senang belajar serta menyintai Bahasa Inggris. Terlihat sekali jika beliau ini orangnya disiplin, mudah dibawa dialog, humoris, suka bicara mengenai suatu hal yang memajukan karier, tetapi benar-benar luwes. Orangnya perduli serta menyenangi pekerjaan sosial keagamaan. 

Share:
Lokasi: Indonesia

Ordered List

Sample Text

Definition List

Theme Support